Penjualan motor listrik di kuartal pertama tahun ini mengalami penurunan drastis. Perkaranya, subsidi berupa potongan harga yang ditunggu-tunggu sejak awal tahun, belum diterbitkan hingga sekarang.
Situasi tersebut membuat konsumen menunda pembelian kendaraan. Jika subsidi terus-terusan digantung, maka bukan tak mungkin, permintaannya akan semakin parah.
“Kita hanya ingin kepastian saja, kalau memang tidak ada, industri tuh siap. Tapi jangan digantung. Itu bikin masyarakat stop beli kendaraan, wait and see kan. Jadi sekarang penjualan turun banget, kasihan industri teriak-teriak,” ujar Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (AISMOLI) Budi Setiyadi.
“Jadi mungkin kita harapkan kalaupun ada atau tidak, segera diumumkan. Ya kalau lihat alokasi waktunya, memang berat. Jadi yang penting kita butuh kepastian aja, ada atau nggak tahun ini,” tambahnya.
Budi kemudian mengungkap seberapa besar penurunan penjualan motor listrik imbas subsidi digantung pemerintah. Meski tak bisa menyebut angka pasti, namun nominalnya drop ke level 30 persen.
“Kalau secara angka saya tidak bisa memastikan berapa, karena saya belum dapat update dari teman-teman industri. Tapi kalau secara prosentase, penjualan kuartal pertama hanya tersisa 30-40 persen. Bahkan ada yang sampai 20 persen,” ungkapnya.
“Jadi kalau ada perusahaan yang biasanya jual 100 unit motor listrik, sekarang tinggal 25 unit. Penjualan motor listrik emang turun banget,” lanjutnya.
Di kesempatan yang sama, Budi menyarankan, seandainya subsidi tak terbit tahun ini, maka pemerintah bisa menyiapkan kebijakan nonfiskal seperti membebaskan tarif parkir dan membangun jalur khusus motor listrik di jalan raya.
“Kita berharap, kalau pemerintah mungkin nggak ada kepastian soal subsidi atau skema bantuan pembelian, mungkin bisa mendorong insentif nonfiskal, seperti motor listrik bisa mendapat privilege parkir gratis, kemudian jalur khusus,” kata dia.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.