Masih banyak orang yang ogah membeli mobil listrik. Setidaknya ada beberapa faktor di belakangnya. Berikut ini penjelasannya.
Mobil listrik tengah naik daun. Popularitasnya pun terus mengalami peningkatan. Hal itu juga diiringi banyaknya model mobil listrik yang dijual ke pasaran. Di Indonesia pun demikian. Dalam dua tahun terakhir setidaknya, makin banyak mobil listrik bermunculan. Para pabrikan pun berlomba-lomba untuk meluncurkan mobil listrik andalannya.
Kendati demikian, tidak semua masyarakat langsung tertarik dengan pesona mobil listrik. Masih ada sebagian yang justru ragu untuk membeli mobil listrik. Dalam riset internal yang dilakukan Populix terungkap banyak faktor di balik enggannya masyarakat beralih membeli mobil listrik.
Keraguan pertama berkaitan bengkel. Tidak semua bengkel bisa menerima meski kerusakan yang dialami tak berkaitan dengan kelistrikan. Tak cuma itu, lokasi pengecasan baterai masih sedikit dan jauh.
Banyak juga yang meragukan soal jarak tempuh baterai dalam satu kali pengecasan. Bagi sebagian orang, harga mobil listrik juga dianggap masih terlalu mahal. Waktu pengecasan juga dinilai terlalu lama, sehingga membuat masyarakat enggan membelinya. Ya, bila dibandingkan dengan mengisi bensin, waktu mengecas memang jauh lebih lama.
Meski mendapat subsidi dari pemerintah, tidak sedikit yang menganggap subsidi tersebut terlalu kecil. Sebagai informasi, mobil listrik saat ini mendapat subsidi PPN sebesar 10 persen, sehingga PPN yang dibayarkan hanya 2 persen. Tak cuma itu, mobil listrik juga dibebaskan dari PPnBM. Tapi tidak semua mobil listrik bisa mendapatkannya, melainkan bila memenuhi persyaratan TKDN minimal 40 persen.
Faktor selanjutnya berkaitan dengan keselamatan. Ada yang menilai fitur keselamatan di mobil listrik itu masih buruk. Dua faktor lain yang membuat masyarakat ogah membeli mobil listrik karena modelnya mirip dengan model lainnya serta kesulitan dalam melakukan registrasi kendaraan.