Alasan Harga Mobil Listrik Bekas Anjlok Menurut Pakar Otomotif ITB

Posted on

Pakar Otomotif dan Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menjelaskan alasan kenapa harga mobil listrik bekas anjlok. Kata Yannes, harga mobil listrik bekas terjun bebas lantaran mahalnya dan canggihnya komponen baterai.

Penyebab utama dan paling fundamental dari anjloknya nilai jual kembali BEV adalah risiko yang melekat pada baterai, dan sangat pesatnya laju perkembangan teknologi baterai itu sendiri,” buka Yannes dihubungi detikOto, Jumat (6/6/2025).

Yannes menjelaskan, baterai merupakan komponen termahal, mencakup 30-40% dari total harga kendaraan baru, sekaligus jadi pusat kekhawatiran terbesar untuk calon pembeli mobil bekas.

“Kekhawatiran ini berakar pada degradasi kapasitas baterai yang tak terhindarkan seiring waktu (sekitar 3.000 kali charge-discharge dan penggunaannya kalau sudah 7-8 tahun yang akan kehilangan garansi pabrik, lalu risiko biaya penggantiannya sangat tinggi, bisa mencapai ratusan juta rupiah, yang seringkali melebihi nilai mobil bekas itu sendiri,” sambung Yannes.

Lanjut Yannes menambahkan, ketidakpastian ini diperparah oleh pesatnya inovasi, setiap model baru yang diluncurkan hampir selalu menawarkan teknologi baterai dengan densitas energi lebih tinggi, jarak tempuhnya lebih jauh, proses pengisian daya semakin cepat, aspek safety-nya pun makin tinggi dan biaya produksinya pun semakin cepat turun.

“Jadi, jika tahun 2023 harga baterai LFP global $149/kWh, saat ini turun jadi $99/kWh. Artinya ada potensi besar harga BEV baru kelak akan semakin turun lagi, akibat dari cepatnya perkembangan teknologi yang membuat BEV bekas semakin cepat obsolete (ketinggalan jaman) dan BEV yang baru berumur 1-2 tahun saja langsung terasa usang secara teknologi, hal ini pasi menciptakan jurang nilai yang sangat dalam antara model baru dan lama, yang tidak pernah terjadi secepat ini pada teknologi mesin ICE konvensional,” tambah Yannes.

Harga Mobil Listrik Bekas Anjlok 50% dalam 2 Tahun

Diberitakan sebelumnya, harga mobil listrik bekas anjlok di pasaran. Ini menandakan mobil ramah lingkungan tersebut memiliki resale value atau nilai jual kembali yang lebih buruk dari resale value mobil-mobil konvensional atau ICE (internal combustion engine).

Sebagai contoh, di laman jual beli mobil bekas, OLX, Hyundai Ioniq 5 2023 tipe Signature Long Range ditawarkan dengan harga pembuka Rp 460 juta. Padahal harga Ioniq 5 dengan tipe yang sama dan dalam kondisi baru, harganya tembus Rp 844,6 juta. Artinya, dalam 2,5 tahun pemakaian, harga mobil ini terdepresiasi hingga 55%.

Masih dari situs serupa, ada yang memasarkan mobil listrik Kia EV6 GT Line lansiran 2023 dengan harga pembuka Rp 775 juta. Asal tahu saja, harga mobil listrik asal Korea Selatan tersebut, barunya mencapai Rp 1,349 miliar. Maka artinya, dalam dua setengah tahun harga mobil tersebut turun hingga 57,5%.

Contoh lainnya ada mobil listrik Wuling Air ev tahun 2023 varian Long Range yang ditawarkan pelapak dengan harga pembuka Rp 155 juta. Padahal saat diperkenalkan 2013 lalu, versi ini dijual Rp 299,5 juta. Maka dalam waktu dua tahun lebih, ada depresiasi harga hingga 51,75%.

Jika dibandingkan dengan mobil konvensional, penyusutan harganya tidak terlalu besar. Mobil bensin atau diesel biasanya mengalami depresiasi harga antara 15-25% tahun pertama. Kemudian di tahun-tahun berikutnya, penurunannya berkisar 10-15%.