Prospek mobil listrik di Indonesia masih terbilang cerah. Melihat potensi besarnya pasar di Indonesia, VinFast berupaya membangun ekosistem yang menyeluruh.
Menurut VInFast, Indonesia merupakan pasar EV potensial di Asia Tenggara. Kombinasi antara besarnya populasi, tingkat penerimaan teknologi yang tinggi, dan dukungan pemerintah yang kuat menjadi fondasi utama bagi akselerasi era elektrifikasi di Tanah Air.
“Dari sisi VinFast, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar karena dari sisi acceptance terhadap mobil listrik sangat tinggi, kedua volume sangat besar, karena populasi sangat besar, dan juga ketiga dukungan pemerintah sangat mendukung baik insentif fiskal maupun non fiskal terhadap perkembangan mobil listrik,” kata CEO VinFast Indonesia Kariyanto Hardjosoemarto dalam acara detikcom Leaders Forum di Jakarta, Kamis (13/11/2025).
Data penjualan mobil listrik menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat populasi kendaraan listrik melonjak 78 persen menjadi 207 ribu unit pada 2024, naik signifikan dari 116 ribu unit pada 2023. Pertumbuhan ini menunjukkan meningkatnya minat masyarakat sekaligus kesiapan industri dan infrastruktur pendukung.
“Tahun ini kalau kita bicara total industri volume turun kurang lebih 10,9 persen. Tapi di tengah penurunan itu, kontribusi mobil listrik atau pertumbuhan mobil listrik tumbuh 112 persen, year on year, Januari-Oktober,”ujar Kariyanto.
“Itu menunjukkan potensi mobil listrik berkembang pesat. Kami memprediksi mungkin sampai akhir tahun bisa tutup 14-15 persen. Kami yakin bisa lebih tinggi lagi,” tambah dia.
Peningkatan penerimaan konsumen perlu didukung oleh pemerataan infrastruktur pengisian daya. Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang dibangun oleh PLN dan pihak ketiga, termasuk inisiatif produsen EV sendiri, telah menjadi kunci.
Produsen EV, termasuk VinFast, menegaskan fokus pada penciptaan ekosistem kendaraan listrik secara lengkap. Ini mencakup penyediaan kendaraan, solusi pengisian daya yang inovatif, dan layanan purna jual yang andal, memastikan pengalaman pengguna yang mulus dan mendukung adopsi EV secara massal.
“Jadi kami melihat potensi yang besar tersebut sehingga kami memutuskan untuk masuk Indonesia. Kami baru masuk 2 tahun mengikuti perkembangan mobil listrik Indonesia, dan kami melihat penerimaan dari konsumen semakin baik, karena infrastruktur semakin merata, baik SPKLU yang dibangun PLN, pihak ketiga,” kata Karyanto.
Alih-alih hanya menjual mobil dan berharap infrastruktur mengikuti,VinFastjustru aktif membangun jaringan pengisian daya. Dengan investasi USD 300 juta, mereka menargetkan 63.000 titik charging di kota-kota strategis seperti Jabodetabek, Surabaya, Bandung, dan Bali hingga akhir 2025.
VinFast jugakerja sama dengan Prime Group menargetkan 100.000 stasiun tambahan di Indonesia dalam tiga tahun. Saat ini, jaringan mereka mencakup 840 lokasi dengan 1.595 charging gun, dan akan tumbuh jadi 30.000 unit pada 2025.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
“Kami juga membangun ekosistem EV kami sendiri,” ujar Karyanto.
Saat iniVinFasttelah membangun jaringan layanan purna jual yang luas, mencakup 20 pusat servis resmi, 25 bengkel mitra, 22 dealer, serta kemitraan strategis dengan Otoklix dan Bengkel BOS untuk menjangkau lebih dari 160 titik layanan di seluruh Indonesia.
Produksi lokal di Karawang memberi efisiensi biaya, ketahanan rantai pasok, dan harga jual yang kompetitif dibandingkan produk impor.
“Jadi pabrik kami saat ini sudah 95%. Kita akan technical trial di Desember 2025. Tahun depan kita mulai test istilahnya regional production itu di Maret tahun 2026,” ujar Kariyanto.
Dari sisi perlindungan konsumen,VinFast menawarkan garansi kendaraan hingga 10 tahun/200.000 km dan garansi baterai tanpa batas jarak tempuh-melampaui standar industri yang terbatas kilometer. Paling signifikan, skema buyback guarantee bertingkat hingga 90% dalam periode tertentu menjadi jaminan nilai jual kembali.
“Kami fokus pada penciptaan ekositem kendaraan listrik secara lengkap,” tambah dia.






