Penyebab Penurunan Harga Jual Kembali Mobil Listrik di Indonesia

Posted on

Harga jual kembali mobil listrik di Indonesia ternyata kurang baik. Bahkan, meski baru dipakai kurang dari setahun, penurunan angkanya benar-benar drastis. Apa biang keroknya?

“Baterai,” ujar Founder National Battery Research Institute Evvy Kartini, dikutip dari CNBC Indonesia, Selasa (8/7).

Baterai merupakan komponen termahal yang terdapat di mobil listrik. Banderol komponen tersebut bisa 40-50 persen dari total harga jual kendaraan. Itulah mengapa, kata Evvy, mulai banyak produsen yang menjual mobil listrik dengan sistem sewa baterai.

“Harga baterai setengah harga mobil, jenis LFP dan semua. Jadi ketika harga baterai turun pasti mobil listrik turun,” ungkapnya.

Sebagai gambaran, harga baru BYD Seal Premium senilai Rp 639 juta dan Seal Performance AWD Rp 750 juta. Namun, satu tahun setelah peluncuran, harga kendaraan tersebut di marketplace turun Rp 200 jutaan!

Harga mobil bekas lain seperti Hyundai juga jeblok. Ioniq 5 Signature Long Range yang harga barunya Rp 844 juta, hanya ditawarkan Rp 465 juta-Rp 550 juta di lama jual-beli kendaraan bekas. Kendaraan tersebut umumnya keluaran dua tahun lalu.

Selain BYD dan Hyundai, harga mobil listrik buatan Chery juga mengalami penurunan besar. Chery J6 yang dibanderol Rp 505 jutaan bisa ditebus Rp 450 jutaan di pasar kendaraan bekas.

“Misal Anda pakai mobil listrik 3 tahun, orang yang mau beli pasti menghitung, sisa masa pakai cuma 2 tahun, karena baterainya belum direcycle, ganti baterai juga setengah harga mobil, jadi makanya turun, bukan bodi atau apa, jadi baterainya,” tuturnya.

Hal itu berbeda dengan kendaraan bensin atau internal combustion engine (ICE), sedangkan kekuatan kendaraan listrik terus menurun setelah pemakaian lama.

“Karena baterai punya lifetime, misal 1000 cycle, ketika dipakai 500 cycle berarti sisanya 500, itu nggak bisa digantikan, dalam sekian tahun harus diganti, jadi itu yang menyebabkan harga mobil listrik jatuh,” kata Evvy.