Pasar mobil di Indonesia mengalami penyusutan 10 persen sepanjang Januari-Juli 2025. Ini menjadi sinyal bahaya, target 900 ribu yang dipatok Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) berpotensi tidak tercapai, bahkan angka penjualan terancam lebih kecil lagi.
Berdasarkan data wholesales (distribusi pabrik ke dealer) Gaikindo, pasar otomotif Indonesia sudah terdistribusi sebanyak 435.390 unit sepanjang Januari-Juli 2025, capaian itu menyusut 10,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Capaian retail sales juga mengalami tren negatif, sebanyak 453.278 unit kendaraan yang dikirim ke garasi konsumen, jumlah tersebut turun 10,8 persen dari tahun lalu yang mencatatkan angka 508.041 unit.
Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto masih memantau pergerakan penjualan pada bulan-bulan selanjutnya soal revisi target. Kendati trennya mengalami penyusutan dibandingkan tahun lalu.
“Kita tunggu bulan-bulan mendatang ya,” kata Jongkie kepada detikOto.
Tren penurunan penjualan sudah terjadi sejak dua tahun belakangan. Penjualan mobil pada 2024 mencapai 865.753 unit mobil. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan total penjualan mobil pada 2023 yakni 1.005.802 unit mobil.
Gaikindo menargetkan penjualan mobil 900 ribu unit pada tahun 2025 ini. Target tersebut belum direvisi di tengah kondisi market yang mengalami penurunan penjualan sepanjang tujuh bulan pertama 2025. Market otomotif kerap bergerak dinamis.
Sementara itu, masih ada secercah harapan, penjualan mobil nasional pada bulan Juli 2025 lalu tercatat mencapai mencapai 60.552 unit. Naik 2.753 unit atau 4,8 % dibanding Juni 2025 yang sebanyak 57.799 unit.
Sebagai catatan, ada sederet pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh setiap pihak terkait untuk mendongkrak penjualan mobil di Tanah Air.
“Harus memenuhi persyaratan seperti pertumbuhan ekonomi makro yang dapat meningkatkan daya beli (PR pemerintah), menata ulang kenaikan harga mobil yang konsisten sekitar 7% per tahun termasuk berbagai beban pajak terkait mulai dari industri tier 4 hingga tier 1 (PR para APM dan Pemerintah), kecepatan eksekusi insentif pemerintah (PR Pemerintah), relaksasi opsen pajak daerah (PR Pemda),” kata Pengamat Otomotif, Yannes Pasaribu dikutip dari CNBC Indonesia.
Tugas lainnya, kata dia, kemampuan menjaga inflasi yang rendah, inovasi produk dan model pembiayaan. Dan, termasuk PR para endorser, APM, dealer, blogger, komunitasotomotif, yaitu terkait literasi teknologi kepada masyarakat.
“Jika PR ini tidak berhasil dikerjakan, maka sales akhir tahun bisa di bawah 800.000-an,” ucap Yannes.
“Kecuali terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi makro yang signifikan di semester 2 tahun ini,” sambungnya.