Penjualan mobil di Indonesia hingga akhir tahun 2025 diproyeksi mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya.
Berdasarkan data wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) penjualan mobil di Indonesia saat ini sudah mencapai 500.951 unit pada periode Januari-Agustus 2025. Angka tersebut minus 10,6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar, Kementerian Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah Rahmat Kaimuddin mengatakan penjualan mobil tahun ini tidak tembus satu juta unit. Bahkan lebih anjlok dari tahun 2024.
“2023 mobil itu kira-kira penjualannya sekitar sejuta. Kemudian turun 2024 sekitar 850 ribuan, kemudian ini proyeksi (2025) kita sendiri, mudah-mudahan salah, mudah-mudahan lebih dari proyeksi kita mungkin sekitar 780 sampai 800 ribu,” ujar dia dikutip dari CNBC Indonesia
Rahmat Kaimuddin mengatakan adanya pergeseran minat terhadap mobil konvensional turun.
“Ada beberapa fenomena, pertama, combustion engine turun cukup signifikan, EV dan Hybrid naik,” kata dia.
“Teknologi yang baru ini laku, yang combustione engine ini unfortunately menurun,” tambahnya lagi.
Namun dia mengatakan terdapat faktor lain yakin pergeseran minat konsumen ke teknologi baru seperti EV dan hybrid, harga mobil yang naik lebih cepat dibanding daya beli masyarakat, serta pilihan membeli mobil bekas ketimbang baru.
Gaikindo masih optimistis dengan pasar Indonesia. Gaikindo memproyeksikan penjualan tahunan paling buruk itu menyentuh angka 860 ribu unit bahkan lebih.
Secara bulanan, penjualan Agustus naik satu persen dibanding bulan sebelumnya.
Tren penurunan penjualan sudah terjadi sejak dua tahun belakangan. Penjualan mobil pada 2024 mencapai 865.753 unit mobil. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan total penjualan mobil pada 2023 yakni 1.005.802 unit mobil.
Gaikindo menargetkan penjualan mobil 900 ribu unit pada tahun 2025 ini. Target tersebut belum direvisi di tengah kondisi market yang mengalami penurunan penjualan sepanjang 8 bulan pertama 2025. Market otomotif kerap bergerak dinamis.
Supaya bisa tembus 800 ribu hingga akhir tahun, butuh sekitar 69 ribu unit per bulannya.
Menurut Pengamat Otomotif, Yannes Pasaribu penurunan daya beli masyarakat menjadi faktor utama yang menekan pasar otomotif. Inflasi yang masih tinggi ditambah kebijakan suku bunga yang belum turun membuat konsumen menunda pembelian kendaraan baru.
“Selain itu, kenaikan harga segmen terbesar LCGC juga mempengaruhi keputusan pembelian konsumen,” kata Yannes.
“Pemerintah Indonesia harus secara cepat mencari cara untuk meningkatkan daya beli kelas menengah ya, meskipun tantangan ekonomi global dan domestik tetap ada,” sebut Yannes.