Pemerintah melalui Menteri Ketenagakerjaan (Menaker RI), Yassierli menyampaikan permintaan maaf ke driver ojek online (ojol) di Indonesia. Perkaranya, pemberian bantuan hari raya (BHR) saat Lebaran kemarin belum berjalan optimal.
Yassierli mengatakan, perumusan kebijakan BHR dilakukan terburu-buru. Sebab, dalam prosesnya, aturan tersebut sangat dikejar-kejar waktu. Namun, dia mengaku akan melakukan evaluasi.
“Saya mohon maaf kalau BHR kemarin saya dan Pak Wamen itu belum optimal, tapi dari awal saya sudah sampaikan kita harus maju,” ujar Yassierli di Plaza BPJAMSOSTEK, Jakarta, dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (9/5).
Yassierli mengatakan pemerintah juga memperhatikan kondisi keuangan perusahaan transportasi online. Menurutnya, peluang mencairkan BHR akan semakin berkurang bila pemerintah tak segera membuat kebijakan.
Menariknya, Yassierli juga mengisahkan cerita di balik kebijakan tersebut. Dia mengaku, ada professor yang menyebutnya bodoh lantaran merumuskan kebijakan BHR untuk ojol.
Dia paham, hingga hari ini, belum ada contoh pelaksanaan BHR di negara mana pun. Meski demikian, pihaknya tetap menerapkan kebijakan itu demi menjamin kesejahteraan ojol.
“Kalau bicara tentang teori manajemen Amerika, saya tahu. Saya sudah baca buku-bukunya. Tapi ada yang hilang dari teori manajemen barat itu adalah kekeluargaan dan gotong royong dan itu hanya ada di Indonesia,” kata dia.
Sebagai pengingat, pemberian BHR kemarin sempat menimbulkan gelombang protes dari ojol se-Indonesia. Sebab, menurut mereka, bantuan yang diberikan tak manusiawi. Bahkan, ada yang hanya menerima Rp 50 ribu meski sudah menjadi mitra bertahun-tahun.
Perusahaan ride-hailing seperti Gojek dan Grab langsung buka suara mengenai kondisi tersebut. Mereka menegaskan, nominal BHR memang ditentukan dari berbagai faktor, salah satunya tingkat keaktifan driver.
Saksikan Live DetikSore: