Menteri Investasi dan Hilirisasi Indonesia sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Danantara, Rosan Roeslani memprediksi, pasar kendaraan listrik akan mengalami pertumbuhan pesat dalam lima tahun mendatang. Bahkan, angka produksinya bisa tembus jutaan unit setahun!
Rosan mengatakan, produksi kendaraan listrik di Indonesia bisa tembus 2,5 juta unit setahun pada 2030 nanti. Sebagai bagian dari pemerintah, pihaknya telah menyiapkan sejumlah insentif untuk mencapai angka tersebut.
“Produksi kendaraan listrik ini diprediksi akan terus meningkat, dan pada 2030 nanti kami memprediksi produksi kendaraan listrik mencapai 2,5 juta unit dalam setahun,” ujar Rosan di SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (6/5).
“Tentunya kita pun akan memberikan insentif lebih besar lagi apabila mereka melakukan TKDN. Jadi konsepnya kita ubah dengan TKDN lebih tinggi, insentif diperbesar. Harapannya, paling penting, kalau EV battery, charging-nya harus ada,” tambahnya.
Lebih jauh, Rosan juga menargetkan, pada 2029 atau empat tahun lagi, 36 persen produk kendaraan listrik Indonesia masuk dalam rantai nilai global. Namun, hal tersebut sudah dimulai sejak sekarang.
“Dan yang paling penting juga, pertumbuhan penjualan kendaraan listrik berbasis baterai pada 2024 mencapai 151,4 persen year-on-year (YoY). Tapi rata-rata pertumbuhan YoY 2019-2024 mencapai 331 persen. Jadi sangat signifikan,” kata dia.
Di kesempatan yang sama, Rosan menjelaskan, sejak tahun lalu hingga sekarang, sudah ada tujuh produsen yang komitmen membangun pabrik di Indonesia. Hal tersebut membuktikan, ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air mulai terbangun.
“Ada tujuh produsen kendaraan listrik yang menyatakan investasinya dan sudah mulai membangun konstruksinya dengan nilai total Rp 15,4 triliun untuk rencana memproduksi mobil listrik 281 ribu unit setahun,” tuturnya.
“Itu ada BYD, Citroen, Aion, Maxus, Geely, Vinfast dan VW. Itu yang sudah menyatakan komitmen dan terus berjalan,” kata dia menambahkan.