Pabrikan Mobil di Indonesia Mulai Perang Harga, Kemenperin Bilang Begini

Posted on

Sejumlah pabrikan mobil terang-terangan melakukan perang harga di Indonesia. Dua merek yang diketahui telah menurunkan harga jual mobilnya adalah Chery dan Jetour. Ada juga merek Jepang yang melakukan strategi serupa seperti Honda. Gimana tanggapan Kementerian Perindustrian selaku regulator?

Belakangan ini industri otomotif Indonesia dihebohkan dengan perang harga yang terjadi antar produsen roda empat alias mobil. Honda misalnya, memasarkan Honda HR-V Hybrid dengan banderol lebih murah Rp 60 jutaan dibandingkan varian termahal di model sebelumnya.

Selain pabrikan Jepang, pabrikan China juga melakukan strategi serupa. Chery contohnya, meluncurkan Omoda 5 terbaru (C5) dengan harga lebih murah Rp 27 jutaan dan merevisi harga Chery E5 di model terbaru dengan banderol lebih murah Rp 100 jutaan dari model sebelumnya.

Langkah serupa sebelumnya juga dilakukan oleh Jetour yang menurunkan harga Jetour Dashing sekitar Rp 10,9 juta dan harga Jetour X70 Plus turun sekitar Rp 36,4 jutaan.

Direktur Industri Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kementerian Perindustrian Mahardi Tunggul Wicaksono mengatakan, hal tersebut cukup wajar mengingat daya beli masyarakat Indonesia sedang turun.

“Kita lihat kondisi di Indonesia di mana saat ini tingkat daya beli kemungkinan sedang turun, kalau secara point of view business to business, keekonomian teman-teman di retail ini, itu masuk akal. Karena nggak masuk akal juga kalau mereka (pabrikan) mengeluarkan produk, dengan harga yang di atas kemampuan daya beli masyarakat saat ini,” ujar Mahardi ditemui wartawan di Purwakarta, Selasa (1/7/2025).

Mahardi menegaskan tak masalah jika pabrikan melakukan penyesuaian harga, meskipun itu dilakukan di produk yang baru diluncurkan. Asal, mereka tetap menjaga aspek kualitas produk-produknya.

“Harga disesuaikan dengan daya beli, tapi sepanjang kualitas tetap terjaga, sesuai regulasi SNI yang kita (pemerintah) keluarkan,” bilang Mahardi.