Kecelakaan maut akibat rem blong lagi-lagi terjadi. Kemarin, mobil Elf yang berisi rombongan wisatawan asal Bojonegoro, Jawa Timur, mengalami kecelakaan di jalan Tawangmangu-Magetan, Desa Gondosuli, Tawangmangu Karanganyar. Lima orang tewas akibat kecelakaan itu.
Dikutip detikJateng, saksi mata, Riki (23) warga Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, menyaksikan detik-detik mobil Elf nopol S-7338-AA mengalami kecelakaan tunggal di jalur lama jalan Magetan-Tawangmangu, Desa Gondosuli.
Dia melihat Elf melaju dari Sarangan (timur) ke arah Tawangmangu (barat). Mobil yang dikemudikan Heri Purwanto (40) warga Bojonegoro sudah melaju tidak terkendali di turunan depan warungnya, atau sekitar 20 meter dari lokasi kecelakaan.
“Dari atas mobil sudah melaju cepat, karena turunan curam dan panjang. Keadaan rem sudah blong dari atas, kecepatan sampai sini sudah sekitar 50-60 km/jam,” kata Riki kepada detikJateng.
Dia mengatakan, Elf yang sudah tidak bisa mengerem itu tidak membunyikan klakson. Bahkan dia tidak mendengar suara teriakan dari dalam mobil. Namun dia mencium bau kampas rem yang terbakar. Baunya sudah cukup tajam.
Kecelakaan maut akibat rem blong ini sudah sering kali terjadi. Menurut Jusri Pulubuhu, Praktisi Road Safety & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), banyak kecelakaan rem blong yang disebabkan oleh pengemudinya yang tidak memahami cara berkendara aman di jalan berbukit.
“Cara pengereman mereka hanya mengandalkan pengereman service brake atau rem kaki. Ketika dia menggunakan service brake saja, akibatnya konstruksi rem akan mengalami suhu panas yang berlebih. Akibatnya, kemampuan rem akan menyusut. Ketika kemampuan rem menyusut jarak pengereman kendaraan akan jauh bahkan kendaraan akan hilang kendali,” kata Jusri kepada detikOto beberapa waktu lalu.
Hal senada juga diungkapkan Senior Investigator KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) Ahmad Wildan. Wildan pernah mengungkap, banyak sopir yang salah melakukan prosedur dalam mengemudi di jalan menurun.
“Kegagalan pengereman pada jalan menurun sering dipicu kesalahan prosedur mengemudi di mana mereka menggunakan gigi tinggi dan mengerem menggunakan foot brake tanpa memanfaatkan perlambatan oleh mesin dan exhaust brake,” tutur Wildan dihubungi detikOto beberapa waktu lalu.
Menurut Wildan, saat melewati jalan turunan seharusnya jangan hanya mengandalkan rem kaki. Gunakan gigi rendah untuk memanfaatkan engine brake.
“Paling nggak, idealnya (sopir harus) pakai gigi 2, jangan sampai pakai gigi 3, karena itu bahaya,” kata Wildan beberapa waktu lalu.
Selain menggunakan gigi rendah, hal lain yang harus dilakukan sopir ketika melewati jalanan menurun adalah menggunakan exhaust brake atau rem angin.
“Exhaust brake harus diaktifkan (terus), jangan dimainkan. Biasanya exhaust brake itu dimainkan on-off, on-off, itu jangan. Nyalain aja terus, supaya bisa nahan (laju kendaraan). Jadi nanti yang menahan (laju) roda itu bukan rem, tetapi adalah mesin. Jadi akan pelan nanti dia, nggak perlu pakai rem (pedal),” sambung Wildan. pelajaran