Antti Kontsas selaku Direktur Performa Motorsport di Hintsa Performance dan mantan pelatih Sebastian Vettel mengatakan, tubuh pebalap F1 memang ‘dirancang’ berbeda dibandingkan pebalap-pebalap lain, terutama di area leher. Menurutnya, untuk menjadi pebalap tangguh, mereka harus punya leher yang kuat.
Kontsas menjelaskan, di tikungan berkecepatan tinggi, gaya gravitasi yang dialami pebalap jauh lebih kuat. Bahkan, saking kuatnya, helm terasa lima kali lebih berat dibandingkan bobot aslinya. Ini yang dalam dunia balap kerap disebut G-Force.
Leher yang kuat dibutuhkan untuk mampu menahan gaya tersebut dalam perlombaan yang panjang. Namun, ada alasan lain mengapa otot-otot ini begitu vital: penglihatan.
“Alasan sebenarnya mengapa leher begitu penting adalah karena Anda perlu melihat ke mana Anda akan bergerak,” ujar Antti Kontsas, dikutip dari laman resmi F1, Rabu (16/7).
“Ini semua tentang presisi. Kita bicara tentang ratusan dan sepersepuluh detik. Jika Anda tidak melihat dengan tepat ke mana Anda akan melaju dan Anda tidak dapat menavigasi trek dengan baik, Anda tidak akan mendapatkan seperseratus atau sepersepuluh detik ekstra itu,” tambahnya.
Sederhananya, ketika sedang melaju kencang di lintasan, tekanan gravitasi yang kuat membuat pebalap susah menjaga posisi kepalanya. Namun, di saat bersama, mereka juga harus memalingkan kepala untuk melihat situasi sekitar. Itulah mengapa, leher mereka harus kuat untuk melakukan gerakan tersebut.
“Saat Anda melihat kamera helm, Anda melihat betapa banyak gerakan kepala dan betapa sulitnya mencapai titik-titik tersebut dengan sempurna. Semakin stabil kepala pebalap, semakin baik informasi yang diterima otak,” tuturnya.
Demi mendapat leher yang besar dan kuat, pebalap F1 melakukan sejumlah latihan berat, misalnya seperti Neck Isometric Exercises, Neck Harness Training, Free Weights and Machines dan masih banyak lagi.
Meski leher yang besar dan kuat bagus untuk balapan, namun kondisi itu rupanya membuat pebalap F1 kurang nyaman di kehidupan sehari-hari. Sebab, mereka menjadi sulit memilih pakaian dengan lingkar leher yang pas.
“Sangat menjengkelkan ketika saya mencoba membeli setelan jas. Orang-orang melihat saya dan berkata, ‘oh, leher Anda ukuran 15’. Tidak, Pak, ukuran saya 18. Coba ukur, saya tantang kamu,” kata mantan pebalap F1 Alexander Rossi yang membalap tujuh Grand Prix untuk tim Marussia pada musim 2015.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.