Kei Car di Jepang Lucu-lucu, Aman Nggak Diimpor ke Indonesia?

Posted on

Jepang punya mobil yang menjadi favorit masyarakatnya. Mobil itu adalah jenis kei car, mobil kecil dengan mesin compact nan irit.

Dengan dimensi yang kecil, bentuk kei car di Jepang lucu-lucu. Pilihan warnanya pun unik-unik. Tak jarang orang Indonesia yang tertarik memiliki mobil jenis kei car itu. Tapi, apakah aman menggunakan kei car di Indonesia?

Menurut Arif Rahman Malis sebagai Assist to Section Head of Development Quality Assurance PT Suzuki Indomobil Motor (SIM), yang baru saja menyelesaikan training selama 2 tahun di Suzuki Motor Corporation (SMC) Jepang, mobil yang dijual di Jepang tidak serta-merta aman digunakan di Indonesia. Soalnya, ada perbedaan kondisi dan iklim di antara kedua negara tersebut.

“Contoh yang paling beda dari sisi material ya. Jadi kondisi Indonesia itu kan bikin lebih cepat korosif. Mobil yang dijual di Indonesia materialnya di-upgrade supaya lebih tahan korosi dibanding mobil yang dijual di Jepang. Jadi kalau ditanya mobil di Jepang itu bagus ya karena iklimnya lebih bagus, tapi kalau dari segi material lebih murah di Jepang,” kata Malis saat ditemui di kantor pusat SMC di Hamamatsu, Jepang, baru-baru ini.

“Jadi kalau teman-teman tanya kei car dijual ke Indonesia, bisa lebih cepat korosinya. Karena materialnya tidak dirancang untuk tahan korosi,” sebut Malis.

Malis mencontohkan kei car seperti Suzuki Alto Lapin di Jepang. Di sana, harganya sekitar Rp 150-170 jutaan. Tapi, ketika dijual di Indonesia (bukan dijual resmi oleh Suzuki), harganya mencapai Rp 300 jutaan. Dengan harga yang lebih mahal, sayangnya material kei car tidak dirancang untuk kondisi lingkungan Indonesia.

“Maka dari itu biasanya kei car tidak dijual di luar Jepang karena standarnya standar Jepang. Tapi kalau dari segi performance nggak ada masalah. Jepang itu jalanannya lebih mendaki-daki,” katanya.

Sementara itu, Malis menegaskan mobil-mobil Suzuki pengujiannya dilakukan dengan standar yang sama. Termasuk mobil Suzuki di Indonesia, standar pengujiannya sama secara global.

“Kalau dari pengujian standarnya sama. Yang dipakai itu standar global Suzuki Jepang. Bedanya adalah habit pemakaian orang Indonesia dan Jepang itu beda. Kalau gaya pakainya berbeda, pasti efeknya berbeda. Ini jadi acuan standar mereka apakah menjadi standar baru atau sudah diwakili standar yang sudah ada,” katanya.