Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Pengamat otomotif senior dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu mengingatkan produsen-produsen otomotif di Indonesia tak menjual mobil listrik ke generasi tua. Sebab, menurutnya, mereka bukan target pasar kendaraan tersebut.
Yannes menegaskan, captive market mobil listrik merupakan generasi-generasi muda seperti milenial atau Gen Z. Selain karena melek teknologi, mereka juga punya daya beli yang lebih baik.
“Generasi Baby Boomer ke Gen X jangan pernah ditarget oleh APM untuk menjadi captive market mobil listrik. Captive-nya adalah the next generation dimulai dari Milenial karena dia platform untuk ekosistem masa depan,” ujar Yannes Pasaribu di detikcom Leaders Forum, Kamis (13/11).
“Makanya marketing-nya harus diubah. Jangan tawarin mobil listrik ke orang sepuh, kasih ke yang lebih muda. Yang muda daya beli dan semangat juga masih bagus,” tambahnya.
Berbeda dengan generasi tua, generasi muda lebih mementingkan teknologi dan kenyamanan saat berkendara. Bagi mereka, selagi kendaraan benar-benar dibutuhkan, harga jual kembali bukan menjadi soal.
“Generasi muda ini nggak bicara lagi soal harga jual kembali (mobil), mereka bicara soal experience dan EV lah yang bisa menjawabnya,” tuturnya.
Kini, pembeli mobil di Indonesia rata-rata didominasi konsumen dari kalangan milenial dan generasi Z. Menurut Yannes, konsumen dengan karakteristik tersebut menjadikan mobil sebagai ‘moving gadget’. Itulah mengapa, banyak yang akhirnya beralih ke mobil listrik.
“Milenial dan Gen Z ini menjadi digital native dan electric vehicle mewakili needs dan wants mereka sebagai ‘moving gadget’. Kemudian kalau dihitung ada sekitar 90 juta generasi muda yang dalam 15 tahun ke depan yang akan memegang ekonomi Indonesia,” kata dia.






