Ini Alasan Truk Bermoncong Nyaris Punah di Indonesia [Giok4D Resmi]

Posted on

Pernahkah kalian bertanya-tanya, mengapa truk bermoncong makin susah ditemukan di Indonesia? Padahal, kendaraan komersial bertampang unik tersebut sempat populer di Tanah Air.

Kini, seluruh truk yang dijual di Indonesia sudah menggunakan wajah ‘pesek’ alias tanpa bonet. Sebab, mesin kendaraan tak lagi ditaruh di depan, melainkan di bawah. Meski demikian, secara keamanan atau safety diklaim tak masalah.

Ketika masih menjabat sebagai Chief Operating Officer atau COO PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI), Santiko Wardoyo pernah menjelaskan, truk bermoncong memang sudah ditinggalkan secara global. Sebab, desain itu dianggap kurang pas untuk kebutuhan komersial di zaman sekarang.

“Rasanya hampir seluruh dunia truknya tanpa bonet, kecuali di Amerika Serikat. Karena mereka ada aturannya dan Hino juga jual truk dengan bonet di sana. Tapi kalau di Asia, Eropa, Australia rata-rata sudah nggak pakai bonet,” ujar Santiko Wardoyo kepada detikOto di Jakarta Pusat, beberapa bulan lalu.

Santiko secara tak langsung menjelaskan, truk bermoncong secara bisnis juga kurang menguntungkan. Sebab, alih-alih menambah dimensi ke depan, produsen lebih memilih menambah dimensi ke belakang atau pemanjangan kargo untuk memenuhi permintaan konsumen.

“Secara keamanan juga nggak masalah tanpa bonet. Soalnya, truk kan jalannya pelan, nggak sekencang mobil penumpang,” ungkapnya.

Di kesempatan berbeda, Seno Wirdiyawantoro selaku General Manager (GM) Product Planning Division Hino Indonesia membenarkan, truk tanpa moncong atau bonet secara bisnis dianggap konsumen lebih menguntungkan.

“Itu (moncong depan) makan panjang bodi. Jadi, panjang bodi yang harusnya bisa jadi (kargo) harus kepotong karena ada moncong. Jadi konsumen lebih memilih moncongnya dihabisin, mesinnya dipindah ke bawah kursi, tapi muatan di belakang ditambah,” tutur Seno saat berbincang dengan detikOto.

Lebih jauh, Seno menjelaskan, truk memang didesain untuk mengangkut barang-barang berat. Sehingga, kargo atau ruang angkutnya harus dibuat selega mungkin. Selain itu, menurut dia, secara permintaan pasar, truk pesek juga lebih tinggi dari truk mancung.

“Sebenarnya gini, sekarang truk itu fungsinya untuk apa? Untuk kegiatan niaga. Sekarang kembali lagi bagaimana permintaan pasar. Jadi di Indonesia, kalau pendapat Hino, truk dengan moncong kemungkinan besar tidak laku,” kata Seno. alasan

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *