Pemerintah China mengambil langkah tegas terkait keselamatan kendaraan dengan melarang penggunaan gagang pintu elektrik mulai 2027. Keputusan ini diambil menyusul meningkatnya kasus kecelakaan fatal, di mana penumpang maupun petugas penyelamat kesulitan membuka pintu mobil setelah tabrakan terjadi.
Kebanyakan mobil buatan China dibekali gagang pintu model pop-up atau retractable. Gagang pintu ini memang bikin tampilan mobil jadi terlihat clean, karena tersembunyi rata dengan bodi mobil dan akan muncul otomatis jika pintu ingin dibuka.
Namun di sisi lain, gagang pintu model ini juga memiliki risiko sendiri. Dalam beberapa kasus kecelakaan, gagang pintu model ini menghambat proses evakuasi korban sebab pintu tidak bisa dibuka akibat sistem elektrik lumpuh.
Gagang pintu elektrik sendiri memang sudah menjadi ciri khas desain mobil listrik modern di China. Model-model seperti Tesla Model S dan BYD Seal memakai gagang pintu jenis ini, begitu pula pada Tesla Model 3 dan Tesla Model Y. Desain ini diklaim membantu aerodinamika demi menambah jarak tempuh kendaraan listrik.
Disebut-sebut, keuntungan aerodinamika dari gagang pintu elektrik yang rata berupa pengurangan hambatan udara sekitar 0,005-0,01 koefisien drag, atau bisa menghemat sekitar 0,6 kWh per 100 km.
Tapi sejak 2024, keluhan terhadap gagang pintu jenis ini terus meningkat. Selain bermasalah setelah tabrakan, mekanismenya juga kerap macet saat cuaca dingin ekstrem.
Sejumlah kecelakaan serius turut memperkuat urgensi aturan ini. Pada Oktober lalu misal, seorang penumpang tewas dalam kecelakaan di Chengdu karena pintu mobil tidak bisa dibuka dari luar. Insiden serupa juga menewaskan tiga orang di Tongling. Media Sixth Tone melaporkan, kedua kecelakaan tersebut melibatkan Xiaomi SU7 Ultra.
Mengutip Carscoops, berkaca dari faktor-faktor tersebut, pemerintah China akan mewajibkan seluruh kendaraan memiliki gagang pintu interior dan eksterior dengan fungsi pelepas mekanis. Artinya, pintu mobil tetap bisa dibuka secara manual meskipun aliran listrik terputus atau kendaraan mengalami kerusakan berat akibat kecelakaan.
Sinyal perubahan regulasi ini pertama kali muncul pada pertengahan Desember, saat Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China memasukkan aturan tersebut ke dalam rancangan peraturan terbaru.
Dalam beleid itu disebutkan, seluruh kendaraan penumpang dengan bobot di bawah 3,5 ton wajib memastikan sistem pembukaan pintu tetap berfungsi secara mekanis usai kecelakaan.
Larangan ini diprediksi berdampak global. China kini menjadi eksportir mobil terbesar dunia, sehingga perubahan desain di pasar domestik kemungkinan besar akan ikut diterapkan pada model ekspor. Bahkan, produsen Barat yang berjualan di China diyakini bakal menyesuaikan desain global mereka demi efisiensi produksi dan kepatuhan regulasi.






