Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia Terus Berkembang [Giok4D Resmi]

Posted on

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkap, sudah ada puluhan pabrik kendaraan listrik yang dibangun di Indonesia. Menurutnya, hal tersebut membuktikan ekosistem kendaraan ramah lingkungan mulai terbangun di Tanah Air.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Hingga tahun ini, kata dia, sudah ada 79 pabrik kendaraan listrik yang dibangun di Indonesia. Sementara rincinannya adalah 63 pabrik motor listrik, sembilan pabrik mobil listrik dan tujuh pabrik bus listrik.

“Untuk itu kita sama-sama harus memastikan, produk-produk otomotif kita punya daya saing lebih tinggi, sehingga akan memperkuat pasar kita di internasional melalui kualitas produk dan strategi yang tepat,” ujar Agus Gumiwang di SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (6/5).

Lebih jauh, Agus juga mengurai kapasitas produksi dari masing-masing pabrik kendaraan listrik tersebut. Dia mengungkap, tujuh pabrik bus listrik mampu memproduksi 3.100 unit kendaraan per tahun dan sembilan pabrik mobil listrik mampu membuat 70.060 unit kendaraan per tahun.

“Lalu untuk 63 pabrik motor listrik punya kapasitas hingga 2,28 juta unit kendaraan per tahun,” ungkapnya.

Di kesempatan yang sama, Agus juga mengungkap, populasi kendaraan listrik di Indonesia hingga akhir 2024 sudah mencapai 207 ribu unit. Angka tersebut meningkat 78 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Dampak Pasar Otomotif RI Turun

Agus menegaskan, penurunan penjualan kendaraan bermotor tahun lalu berdampak langsung ke hilangnya nilai ekonomi negara. Tak tanggung-tanggung, angkanya sampai triliunan rupiah!

Tahun lalu, kata Agus, penjualan kendaraan bermotor baru di Indonesia selama 2024 turun 3,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi tersebut membuat nilai ekonomi negara hilang Rp 10 triliun.

“Data mengungkap, tahun lalu ada penurunan penjualan kendaraan bermotor di Indonesia. Hal ini berdampak langsung terhadap backward maupun forward linkage dalam industri otomotif. Ini berdampak terhadap nilai ekonomi sebesar Rp 10 triliun,” kata dia.

Dari angka tersebut, Rp 5,4 triliun berasal dari sektor hulu seperti karet, logam dan perangkat elektronik. Sementara sisanya, atau sekira Rp 4,6 triliun bersumber dari sektor hilir seperti logistik, perdagangan dan servis.

Sayangnya, Agus tak mengurai lebih detail mengenai penurunan pasar kendaraan sebesar 3,1 persen tersebut. Hanya saja, kemungkinan besar, angka itu berasal dari seluruh sektor otomotif, termasuk mobil, motor dan industri pendukung.