Harga mobil di Indonesia sering disebut kemahalan. Padahal, tingginya pajak membuat harga mobil mobil jadi terkesan mahal.
Penjualan mobil di Indonesia belum pulih. Hingga bulan kesebelas, penjualan mobil tahun 2025 baru menyentuh angka 710 ribu unit. Padahal sebelumnya, ditargetkan ada 900 ribuan unit mobil yang bisa terjual tahun ini. Target penjualan pun direvisi menjadi 780 ribu unit. Sejatinya, penjualan mobil di Indonesia tahun 2025 sempat diprediksi bisa menyentuh angka 2 juta unit.
“Kalau dibandingkan dengan Malaysia yang penduduknya sepertujuh dari Indonesia tapi income perkapita 3 kali lipat dari kita, mestinya market kita ini 2 kali Malaysia. Kalau Malaysia 750 (ribu) atau 780 (ribu), di Indonesia mestinya sudah 1,5 juta. Jadi ada distorsi nih, ya 50 persen,” ujar Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam dikutip CNBC Indonesia.
Bob menambahkan, angka penjualan mobil yang masih merosot diduga kuat lantaran daya beli yang melemah. Tak cuma itu, pajak yang dibebankan terhadap pembelian mobil baru juga sangat besar. Ini dinilai makin memberatkan masyarakat dalam membeli mobil baru.
“Jadi di industri otomotif Indonesia nih kesannya kan harga kendaraan mahal banget gitu lho, padahal di dalamnya, pajaknya tuh 40 persen. Nah bandingkan dengan negara lain yang pajaknya tidak setinggi kita ya. Kalau di Thailand itu di bawah 30 persen, begitu juga di Malaysia,” terang Bob lagi.
Indonesia memiliki beragam instrumen pajak. Setiap mobil yang keluar dari pabrik, pastinya akan dikenakan pajak. Jenis pajaknya cukup beragam mulai dari PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah), PPN (Pajak Pertambahan Nilai), pajak daerah seperti BBNKB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor), dan juga PKB (Pajak Kendaraan Bermotor). Rentetan pajak itu tentu mempengaruhi harga mobil. Bahkan bisa nyaris separuh dari harga jual mobil. Faktor inilah yang dipandang bikin masyarakat makin enggan beli mobil baru.
Di samping itu kata Bob, pemerintah negeri tetangga juga masih rajin memberikan stimulus sehingga meringankan pembelian mobil baru. Untuk itu, diharapkan pemerintah Indonesia juga bisa memberikan stimulus berupa insentif guna mengerek penjualan mobil dalam negeri.
“Jadi even pajaknya ada, tapi stimulusnya rajin, kalau di kita nih ya kurang sering. Ini kita harapkan ke depan jadi pertimbangan pemerintah,” pungkas Bob.






