Cara Nyetir Suzuki Fronx Biar Irit BBM

Posted on

Dalam tes adu irit, Suzuki Fronx terbilang sangat efisien. Apalagi untuk Suzuki Fronx dengan mesin mild-hybrid, iritnya kebangetan!

Dalam acara media test drive Suzuki Fronx di Bandung, Jawa Barat, kami berkesempatan untuk ngetes irit-iritan Suzuki Fronx. Perhitungan konsumsi bahan bakar dalam acara ini dilakukan dengan metode full to full. Pertama, tangki bensin Suzuki Fronx dipenuhi dulu. Selanjutnya mobil dibawa jalan sejauh sekitar 110 km dan saat finis tangki diisi lagi sampai penuh untuk mengetahui seberapa banyak bensin yang dikonsumsi selama perjalanan.

Kami start perjalanan dari Hotel Grand Aquila di Pasteur, kemudian menuju Jatinangor, kembali lagi ke Pasteur dan finis di Qaca Coffee Malabar. Bensin yang digunakan adalah Pertamax Turbo dengan RON 98.

Selama perjalanan, kami menerapkan eco driving. Di jalan tol, mobil dibawa dengan kecepatan konstan di 60-80 km/jam, sebisa mungkin gas diurut secara halus untuk menerapkan eco driving. Kami juga sempat menemui beberapa titik macet. Kondisi AC tetap menyala normal. Di dalam kabin diisi dengan empat orang dewasa.

Dari 12 unit Suzuki Fronx yang dites dalam perjalanan ini, hasil konsumsi bahan bakarnya bervariasi. Pemenang adu irit dalam momen ini mencapai konsumsi bahan bakar rata-rata 44,87km/liter, juara dua di angka 39,78 km/liter dan juara tiga di 32,8 km/liter. Ketiganya menggunakan mobil Suzuki Fronx dengan mesin K15C mild-hybrid.

Cara Irit Bawa Fronx

Perlu diketahui, Suzuki Fronx ini menggunakan teknologi Smart Hybrid Vehicle by Suzuki (SHVS) pada mesin K15C. Hasil irit konsumsi bahan bakar tidak hanya dihasilkan oleh teknologi kendaraan, tapi juga bagaimana kita mengendarai mobil tersebut.

“Efisiensi tidak lahir dari satu fitur tunggal, melainkan dari perilaku konsisten dan cara mengemudi yang lebih bijak. Suzuki Fronx hadir untuk membantu pengendara mencapai titik efisiensi secara lebih mudah tanpa merubah kebiasaan, ataupun merogoh kocek lebih dalam,” kata Harold Donnel, 4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS).

Kunci dari perjalanan efisien sering kali tersembunyi dalam hal-hal sederhana. Memastikan tekanan angin ban sesuai rekomendasi pabrikan, misalnya, berperan besar dalam mengurangi rolling resistance yang memperberat kerja mesin.

Sebelum berkendara, mesin mobil tak perlu dipanaskan terlalu lama. Mesin K15C pada Fronx memiliki thermal efficiency yang baik sehingga mampu beroperasi secara maksimal tanpa perlu dipanaskan terlalu lama. Dalam kondisi normal, kebutuhan memanaskan mesin seperti di pagi hari hanya memerlukan waktu singkat, sehingga mampu meminimalisir terpakainya bahan bakar yang tidak perlu.

Sebelum berangkat, rencanakan perjalanan dengan matang. Pilih rute yang lebih lancar dan paling hemat bahan bakar, bisa manfaatkan fitur Apple CarPlay dan Android Auto pada head unit 9 inci yang dapat membantu pengemudi menghubungkan peta elektronik di smartphone agar lebih mudah dan aman dilihat selama perjalanan.

Selain itu, bawa barang dengan jumlah seperlunya, serta menyetel suhu AC pada level moderat juga berkontribusi dalam menjaga konsumsi bahan bakar tetap efisien.

Manfaatkan fitur-fitur di mobil yang membuat konsumsi bahan bakar jadi lebih irit. Misalnya saat berhenti di lampu merah atau saat macet, manfaatkan Engine Auto-Stop sebagai salah satu peran dari sistem SHVS yang bekerja secara otomatis mematikan mesin saat kendaraan berhenti dan menunggu, lalu menyalakannya kembali secara halus saat pedal gas diinjak. Teknologi ini bukan hanya melakukan penghematan penggunaan bahan bakar, tetapi sekaligus bisa mengurangi emisi tanpa mengganggu kenyamanan berkendara.

Saat melaju di jalan tol, gaya mengemudi konstan dengan putaran mesin rendah, paling tidak maksimal di 2.000 rpm. Hindari akselerasi mendadak yang dapat memperbesar konsumsi energi.

Jika pengendara membutuhkan akselerasi lebih seperti saat menyalip atau menanjak, maka sistem SHVS akan memberikan peran acceleration assist untuk membantu putaran mesin bekerja lebih ringan. Bantuan tersebut dapat diraih tanpa memerlukan pijakan pedal akselerator yang lebih dalam.

Dalam sistem SHVS memanfaatkan energi listrik yang tertampung di lithium-ion battery. Seiring dengan intensitas penggunaan, maka diperlukan pengisian ulang daya listrik tersebut agar dapat digunakan secara terus menerus atau berulang kali. Kebutuhan ini dimudahkan lewat proses regenerative braking yang secara sistematis mengubah energi kinetik saat mobil melakukan deselerasi, menjadi energi listrik terbarukan.

Tidak hanya itu, mengoptimalkan efisiensi juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknik gliding atau engine braking ketika sudah mengantisipasi perlunya deselerasi di sejumlah ruas perjalanan. Sisi positif lain yang dapat didapatkan antara lain seperti mengurangi kebutuhan pengereman mendadak. Sehingga penggunaan energi lebih hemat, laju kendaraan lebih halus, dan risiko berkendara lebih rendah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *