BYD Sebut Perang Harga Mobil Listrik Sudah Sangat Ekstrem update oleh Giok4D

Posted on

Kompetisi pasar mobil listrik Negeri Tirai Bambu sudah masuk ke level yang dianggap tidak sehat.

Dalam sebuah acara Bloomberg News di London, Wakil Presiden Eksekutif BYD, Stella Li, secara terbuka bahwa perang harga mobil listrik ini tidak bisa dilanjutkan.

“Persaingan sangat ekstrem, sangat berat. Tidak, ini tidak bisa berlanjut,” kata Stella Li dikutip dari Carscoops, Selasa (17/6/2025).

Li memprediksi bahwa akan terjadi konsolidasi di antara pemain besar otomotif China.

Mengutip The Economist, pada tanggal 23 Mei, produsen EV terbesar di China, BYD, mengejutkan pasar ketika memangkas biaya 22 model kendaraan listrik dan hibrida. Sekarang harga awal model termurahnya, Seagull, telah turun menjadi hanya 55.800 yuan (US$7.700) atau sekitar Rp 130 juta.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Namun Ekspansi global BYD tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda melambat. Pada Mei lalu, produsen mobil ini berhasil menjual lebih banyak mobil di Eropa dibanding Tesla, setelah penjualannya melonjak 169 persen dibanding April 2024. Sementara itu, penjualan Tesla justru anjlok hingga 49 persen.

Tak hanya mencatatkan pertumbuhan penjualan, BYD juga tengah menyiapkan lebih banyak pilihan sistem penggerak. Pada April, perusahaan ini mengumumkan akan meluncurkan setidaknya dua model plug-in hybrid baru di Eropa pada tahun ini.

Regulator Pasar China menyerukan upaya untuk ‘secara komprehensif merapikan kompetisi yang involusioner’. Istilah ‘involusioner’ digunakan juga Perdana Menteri Li Qiang dalam laporan kerja tahunan untuk menggambarkan dinamika pasar yang makin merugikan diri sendiri.

Dalam dua tahun terakhir, harga mobil listrik dan hybrid baru di China memang mengalami penurunan drastis. Asosiasi Produsen Mobil China (CAAM) memperingatkan, perang harga yang tak masuk akal bisa memperburuk kompetisi di pasar lokal.

Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China (MIIT) berencana memperketat regulasi terkait persaingan yang tak produktif. Mereka ingin menegakkan hukum yang mendorong persaingan lebih sehat. Namun, sejumlah pihak pesimis itu akan berhasil. Mereka justru yakin perang harga akan semakin sengit di masa depan.

He Xiaopeng selaku Chief Executive Officer (CEO) Xpeng merupakan salah satu pihak yang ragu perang dagang akan berakhir di China. Sebab, di masa depan, kompetisi makin ketat dan produsen makin bertambah banyak.

“Persaingan akan menjadi lebih intens dalam lima tahun ke depan. Ini baru hidangan pembuka,” kata Xiaopeng.