Penjualan BYD Atto 1 melesat dalam dua bulan terakhir. Bahkan Atto 1 juga menyalip deretan mobil ternama sekelas Avanza hingga Kijang Innova. Akankah berlangsung lama atau cuma sesaat?
BYD Atto 1 untuk kedua kalinya memuncaki daftar mobil terlaris di Indonesia. Pertama terjadi pada Oktober dan berlanjut pada November 2025, demikian dilihat dalam data penjualan yang dihimpun Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Ini merupakan kali pertama ada mobil listrik yang berada di posisi puncak daftar mobil terlaris.
Fenomena ini tentu membetot perhatian. Sebab, sebagai pendatang baru Atto 1 sanggup melampaui penjualan deretan model ternama sekelas Kijang Innova hingga Toyota Avanza. Melihat fenomena ini lantas muncul pertanyaan, apakah Atto 1 hanya ‘bulan madu’ atau justru bisa bertahan lama? Pengamat otomotif sekaligus akademisi ITB Yannes Pasaribu menilai fenomena BYD Atto 1 memuncaki penjualan justru menjadi sinyal kuat persaingan baru di industri otomotif dalam negeri.
“Keberhasilan Atto 1 menunjukkan bahwa hambatan utama adopsi EV selama ini bukan soal minat atau penerimaan teknologi, melainkan semata-mata terbuktinya ada affordability gap di masyarakat terkait capex terhadap EV,” ujar Yannes saat dihubungi detikOto, Kamis (11/12/2025).
Yannes menambahkan, keberanian BYD memposisikan harga Atto 1 yang ramah di kantong justru membuat pandangan masyarakat justru berubah.
“Begitu BYD berani menempatkan Atto 1 di rentang harga yg menyenggol LCGC dan city car konvensional (di bawah Rp 250 jutaan), resistensi konsumen terhadap EV langsung runtuh,” tambahnya lagi.
Artinya, kepercayaan konsumen terhadap mobil listrik makin meningkat. Mereka yang dulu ragu malah jadi penasaran dan justru meminang mobil listrik. Khusus Atto 1, kehadirannya jadi penantang serius bagi mobil-mobil di segmen LCGC (Low Cost Green Car) ataupun mobil konvensional jenis city car.
“Konsekuensinya, fenomena ini sangat mungkin semakin membesar seiring waktu dan bakal memaksa pabrikan Jepang yang ada di Indonesia untuk merespons dengan mau tidak mau harus segera menciptakan BEV entry-level yang sama agresifnya,” tuturnya lagi.






