Bayangkan kalau bayar pajak tahunan Toyota Avanza tak sampai Rp 200 ribu setiap tahun. Selain itu, tidak ada juga ‘rutinitas’ gesek tiap 5 tahun. Enak bukan?
Itu bukan cerita dongeng. Pajak Toyota Avanza di bawah Rp 200 ribu bener ada…tapi di Thailand. Sementara di Malaysia pajak mobil yang sama tak sampai Rp 1 juta.
Fakta ini menunjukkan kalau pajak kendaraan bermotor di Indonesia memang jauh lebih mahal daripada negara tetangga. Padahal Avanza yang dipakai di dua negara tetangga itu datang dari Indonesia.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Kukuh Kumara menyebut pungutan pajak mobil yang diproduksi lokal di Indonesia lebih tinggi.
“Pajak kendaraan bermotor kita relatif tinggi. Saat Avanza dibuat di Indonesia, pajak tahunannya bisa mendekati Rp 5 juta. Sementara negara tetangga yang impor dari kita pajak tahunannya nggak sampai Rp 1 juta, di Thailand lebih rendah lagi sekitar Rp 150 ribu,” kata Kukuh di Kemenperin, belum lama ini.
Pajak tahunan kendaraan bermotor yang lebih mahal dibandingkan dengan negara tetangga, Malaysia dan Thailand. Kondisi ini semakin menambah beban kepemilikan mobil di Tanah Air yang sudah dikenai berbagai pajak sejak awal pembelian.
Dalam catatan detikoto, pajak tahunan Toyota Avanza tipe termurah untuk keluaran 2025 sebesar Rp 4 jutaan. Kukuh menyebut jadi yang terbesar di dunia.
“Avanza dibuka lagi, pajaknya (mendekati) Rp 5 juta. Itu masalah. Sekian tahun yang lalu, saya ditanya; yang ngomong orang dari Amerika, U.S Automotive Council. ‘Pajak kamu paling tinggi di dunia’, yang bener? begitu dibuka, saya tidak ngomong apa-apa lagi,” kata dia.
Seperti disinggung sebelumnya, negara tetangga lebih bersahabat pajak tahunannya.
“Ya di kisaran (Rp 150 ribu). Saya ngecek dengan teman-teman punya brand,” kata Kukuh.
“(LMPV) setara Avanza, pajak tahunan, ya. Di Thailand nggak tahu (ada 5 tahunan pajak), Malaysia katanya tidak ada (pajak 5 tahunan). Nggak ada 5 tahunan, nggak ada gesek-gesek (nomor rangka dan nomor mesin),” jelas dia lagi.
Industri otomotif nasional pun sulit tumbuh optimal, sebab pajak tahunan di Indonesia yang relatif lebih tinggi daripada negara tetangga, ditambah struktur pajak berlapis saat pembelian. Meskipun ada potensi pasar yang besar dengan jumlah penduduk produktif lebih dari 284 juta orang.
“Kalau ini dirangkum secara keseluruhan, memang konvensional pajaknya fair, investasi juga fair, maka industri akan tumbuh, utilisasi pabrik akan tinggi,” kata Kukuh.
Saksikan Live DetikPagi :