Pakar otomotif senior dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu mengklaim, anak muda di Indonesia sudah tak peduli harga jual kembali kendaraan. Sebab, kata dia, mereka lebih mengutamakan experience atau pengalaman berkendara.
Berbeda dengan generasi tua, generasi muda lebih mementingkan teknologi dan kenyamanan saat berkendara. Bagi mereka, selagi benar-benar dibutuhkan, harga jual kembali bukan menjadi soal.
“Generasi muda ini nggak bicara lagi soal harga jual kembali (mobil), mereka bicara soal experience dan EV lah yang bisa menjawabnya,” ujar Yannes Pasaribu di detikcom Leaders Forum yang digelar di Ampera, Jakarta Selatan, Kamis (13/11).
Kini, pembeli mobil di Indonesia rata-rata didominasi konsumen dari kalangan milenial dan generasi Z. Menurut Yannes, konsumen dengan karakteristik tersebut menjadikan mobil sebagai ‘moving gadget’. Itulah mengapa, banyak yang akhirnya beralih ke mobil listrik.
“Milenial dan Gen Z ini menjadi digital native dan electric vehicle mewakili needs dan wants mereka sebagai ‘moving gadget’. Kemudian kalau dihitung ada sekitar 90 juta generasi muda yang dalam 15 tahun ke depan yang akan memegang ekonomi Indonesia,” ungkapnya.
Bicara soal mobil listrik, di tempat yang sama, VinFast menegaskan, pasar kendaraan nonemisi di Indonesia benar-benar menjanjikan. Sebab, penjualannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, mereka memprediksi, mobil listrik punya market share 14-15 persen tahun ini.
“Kalau bicara di Indonesia pertumbuhan mobil listrik di Indonesia menjanjikan. Karena mobil listrik baru hadir di Indonesia pada 2020. Pada saat itu hanya 125 unit setahun, tapi berkembang terus tahun lalu itu market share-nya 4,9 persen,” kata Kariyanto Hardjosoemarto selaku Chief Executive Officer (CEO) Vinfast Indonesia.
“Itu menunjukkan potensi mobil listrik sangat pesat. Kami prediksi tutup tahun bisa 14-15 persen. Kami yakin tahun depan penjualannya lebih tinggi lagi,” tambahnya.
Kariyanto menegaskan, mobil listrik merupakan salah satu harapan di tengah penurunan pasar. Sebab, ketika penjualan Januari-Oktober 2025 secara umum turun 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, permintaan mobil listrik justru meningkat 100 persen lebih.
“Di Vietnam itu (mobil listrik) market share-nya 32,5 persen year to date September. Indonesia punya potensi besar karena acceptance sangat tinggi kedua secara total volume besar karena populasi besar dan dukungan pemerintah juga sangat baik ntah itu fiscal dan nonfiskal,” kata dia.






