EHang 216 S perdana membawa manusia di Indonesia. Taksi terbang ini digadang-gadang menjadi solusi atas kemacetan lalu lintas. Penasaran berapa harga per unitnya?
Rudy Salim, Executive Chairman dari Prestige Aviation menyebut harga dari EHang ini tergantung dengan nilai tukar dollar. Harganya bisa tembus Rp 8,6 miliaran (kurs 1 US Dollar = Rp 16.283).
“Sebenarnya 535 ribu USD, sudah termasuk pajak kurang lebih. Karena di Indonesia pajaknya berbeda dengan negara lain, ada PIB, PPh, PPN, PPNBM,” kata Rudy Salim di Phantom Ground Park PIK 2, Kab. Tangerang, Banten, Rabu (25/6/2025).
“Kalau negara asalnya sekian, di sini berbeda. Sama seperti mobil Ferrari, kemapa di luar harganya Rp 1 M di Indonesia Rp 3 M kali 3 karena kena PPNBM 190 persen, PIB 50 persen, PPH 11 persen, dan sebagainya. Jadi ini yang membedakan dengan negara luar,” jelas Rudy.
EHang 216 S merupakan layanan taksi udara secara otonom untuk jarak pendek. Di Indonesia, EHang 216 masih dalam konteks uji terbang penumpang terbatas, belum untuk operasi penumpang komersial.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Sebagai kendaraan tanpa awak kemudi, Ehang 216 dioperasikan melalui pusat komando dan kendali AAV (Autonomous Aerial Vehicle) yang berada di darat menggunakan jaringan 4G/5G sebagai saluran transmisi nirkabel berkecepatan tinggi untuk berkomunikasi dengan lancar dengan pusat komando dan kendali.
Ehang 216 S telah mendapat sertifikasi untuk mengangkut penumpang pertama di dunia. Sertifikat Tipe itu dikeluarkan secara resmi oleh Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok (Civil Aviation Administration of China/ CAAC).
Adapun jarak terbang dengan muatan maksimal mencapai 30 km. waktu terbang mencapai 18-25 menit, serta kecepatan maksimal mencapai 130 km/jam. EHang 216-S ditenagai baterai, dilengkapi dengan 16 baling-baling dan motor.
“Artinya memang bukan buat antar kota. Bukan buat Jakarta Bandung, bukan Jakarta Bogor. Buat dari Pantai Indah Kapuk ke Plaza Senayan, Senayan ke Pondok Indah. Pondok Indah ke mana? Jakarta Barat, dari Jakarta Barat ke Jakarta Timur,” jelas Rudy.
“Buat di dalam kota, bukan antar kota. Memang transportasi dalam kota,” tambah dia.